Terimakasih sudah berkunjung di Blog Alumni SMP Ku, Blog ini masih dalam tahap pengembangan

Sabtu, 17 Desember 2011

Gelar Wayang Kulit, Kemdikbud Sosialisasikan Program 2012

SURABAYA – Menggelar Wayang Kulit dengan lakon Semar Pamong Sejati, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) akan menyosialisasikan program kementerian pada 2012. “Bentuk penyampaian kebijakan bisa melalui berbagai metode dan sarana. Salah satunya melalui media tradisional, yakni pergelaran wayang kulit pada 10 Desember ini di Surabaya,” kata Ibnu Hamad, Kepala Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat Kemdikbud, Kamis (8/12) di Surabaya.

Wayang kulit dipilih dengan pertimbangan antara lain karena seni ini bisa menjadi media komunikasi tradisional untuk menyampaikan beberapa kebijakan kementerian secara persuasif. Alasan lainnya, pergelaran wayang kulit adalah bagian dari upaya untuk menyuburkan dan mempertahankan keberadaan kesenian tradisional. Dan, pergelaran wayang kulit bisa dinikmati dan ditonton banyak orang dan kalangan, sehingga harapannya upaya sosialisasi kebijakan dapat lebih luas lagi diketahui oleh masyarakat. 

“Berangkat dari kesadaran itu, sekaligus untuk mempertahankan budaya dan kesenian tradisional itu, kami menggelar pertunjukan ini. Bersamaan dengan itu pula, akan diluncurkan program SM3T, program Sarjana Mendidik di daerah Terdepan, Terluar, dan Terbelakang,”  ucap Ibnu.

Berkait dengan dipilihnya lakon Semar Pamong Sejati , Ibnu menjelaskan, lakon ini adalah idiom yang berkait dengan tugas dan fungsi Kemdikbud sebagai pelayan masyarakat di bidang pendidikan dan kebudayaan. Kehadiran tokoh Semar dalam cerita ini menggambarkan satu sosok yang mampu memberikan pencerahan dan teladan bagi semua masyarakat. Semar menjadi pamong sejati, yang selalu melayani, mengayomi terhadap sesama dengan sepenuh hati, tanpa pamrih yang dilandasi dengan rela berkorban, tawakal, jujur, sabar, dan berbudi luhur.

Menurut Ibnu, beberapa program yang ingin disosialisasikan berkait dengan kebijakan kemdikbud tahun 2012 antara lain soal kenaikan anggaran bantuan operasional sekolah (BOS) dan distribusinya, beasiswa bidik misi, rehabilitasi gedung sekolah, pendidikan karakter, aturan distribusi guru, dan lainnya. (*)


Sumber: http://www.kemdiknas.go.id

Balitbang Kemdikbud Harus Jadi Kompas Kementerian

Bandung --- Peran Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Balitbang Kemdikbud) perlu ditingkatkan. Agar mampu berkontribusi besar dan signifikan terhadap pendidikan dan kebudayaan maka Badan ini harus menjadi penunjuk arah atau kompas kementerian.

Balitbang akan mengembangkan berbagai kegiatan yang bersifat futuristik, antisipatif, responsif, dan analitis. "Peran kami ke depan dapat mewarnai pendidikan," kata Kepala Balitbang Kemdikbud Khairil Anwar Notodiputro pada pembukaan Seminar Kampanye Nasional dengan tema “Peran Penelitian dan Pengembangan dalam Pembangunan Karakter Bangsa” di Hotel Horison, Bandung, Jawa Barat, Minggu (11/12) malam.
.
Khairil menjelaskan, Balitbang harus mempunyai dimensi horizon ke depan dan bukan pemikiran sesaat. Balitbang harus dapat memikirkan bagaimana bentuk pendidikan pada 2045, dengan memperhatikan berbagai perkembangan global dan perubahan lingkungan."Mampu memprediksi bentuk pendidikan yang cocok seperti apa, sehingga dapat menghasilkan tenaga pendidik dan tenaga yang bisa bekerja di berbagai sektor yang mampu menjawab tantangan saat itu," ucapnya.

Balitbang juga harus dapat mengantisipasi kemungkinan buruk yang dapat terjadi. Dia mencontohkan, adanya pendidikan luar negeri yang masuk ke Indonesia. "Perlu diantisipasi dampak negatif yang terjadi dan kebijakan apa yang diperlukan untuk mengurangi dampak negatif tersebut."

Selanjutnya, kemampuan responsif juga perlu dimiliki agar dapat segera memberikan masukan ke kementerian. “Kemudian, kemampuan analitis, berarti Balitbang menggunakan metode yang akurat dan handal untuk menarik kesimpulan dari permasalahan,” tutur Khairil.

Kegiatan seminar yang berlangsung selama dua hari ini digagas sebagai upaya memublikasikan hasil-hasil penelitian dan pengembangan, yang meliputi indikator makro pendidikan, peta jalan (roadmap) penelitian kebijakan pendidikan, rencana strategis Balitbang Kemdikbud 2010-2014, polling kebijakan pendidikan maupun produk-produk lainnya kepada para pemangku kepentingan. Dengan demikian, hasil-hasil penelitian, pemikiran, dan pengembangan pendidikan diharapkan dapat dimanfaatkan oleh pengguna akhir.***



Sumber: http://www.kemdiknas.go.id

Mendikbud: Perlu Sistem Pembangunan Budaya

Jakarta – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengatakan, perlu adanya sebuah sistem yang bisa secara sistematik menjadi pedoman untuk membangun budaya bangsa. “Di dunia pendidikan, sistem sudah ada. Setidaknya setiap tahun ada 57 juta anak yang masuk dalam sistem pendidikan,” ujar Menteri Nuh memberi contoh, ketika memberi sambutan dalam acara dialog budaya untuk “Penyusunan Cetak Biru Pembangunan Nasional Kebudayaan” di Gedung A, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Senin (12/12).

Dalam acara ini hadir sejumlah tokoh agama,  budayawan, seniman, akademisi, pemerhati budaya, baik dari kalangan pemerintah, swasta, dan lembaga swadaya masyarakat. Dua Wakil Mendikbud, Wiendu Nuryanti dan Musliar Kasim, turut mendampingi Menteri Nuh.

Menteri Nuh menyatakan, dialog budaya bukan untuk menemukan pandangan mana yang salah. Melainkan untuk memperkaya pandangan budaya. “Keragaman harus ditonjolkan, bukan keseragaman,” ujarnya. Siapa pun boleh memiliki pandangan-pandangan, sehingga bisa menjadi kekayaan dalam kebudayaan bangsa.

Menteri Nuh menjelaskan, setidaknya ada empat hal yang menjadi fokus Kemdikbud dalam bidang kebudayaan. Pertama, konservasi kebudayaan dalam segala dimensi, yang tidak boleh berhenti sampai pada tahap perawatan. Kedua, adalah promosi. “Kita harus bisa mempromosikan (budaya) apa yang sudah diwariskan oleh pendahulu kita,” ucapnya.

Kemudian fokus yang ketiga adalah menjadikan kebudayaan sebagai diplomasi dan kebijakan, dan yang terakhir adalah peralihan Institusi Seni Indonesia (ISI) menjadi Institut Seni dan Budaya Indonesia (ISBI). “Nantinya, ISI di Denpasar, Yogyakarta, Bandung dan Padang akan menjadi ISBI. Pendirian ISBI juga akan dilakukan di Kalimantan dan Makasar pada 2012.  Kemudian juga untuk di Aceh dan Papua. Termasuk IKJ juga nanti akan menjadi ISBI,” kata Menteri Nuh.

Dialog Budaya ini direncanakan akan dilaksanakan secara safari di beberapa lokasi yakni di DKI Jakarta, Yogyakarta, Bali, Medan (Sumatera Utara), Makassar (Sulawesi Selatan) dan Balikpapan (Kalimantan Timur), dalam kurun waktu sampai Februari 2012.

Beberapa bahan paparan Dialog Budaya sebagai pemicu awal dialog untuk diperkaya dan disempurnakan,  di antaranya: Kerangka Pikir Pembangunan Nasional Kebudayaan; Sistem Kebudayaan Indonesia; Pengertian Kebudayaan; Konsep Membangun “Rumah” Budaya; Komponen Pilar Pembangunan Kebudayaan Indonesia, beserta jabaran-jabarannya; dan Visi Misi Pembangunan Kebudayaan.  (Lian)


Sumber: http://www.kemdiknas.go.id

 
Redesign by Marseno |Untuk tampilan yang optimal gunakan web browser mozilla firefox dan flash player